Jumat, 12 Desember 2008

hisapan-hisapan kecil pada penis gua dari vaginanya

waktu itu gua diminta
oleh ibu mertua untuk mengambil suatu barang di rumah kakak ipar perempuan gua
sekalian nengok dia karena sudah lama nggak ketemu. Kakak ipar gua ini (sebut
saja namanya Ina) memang tinggal sendirian, walaupun sudah kawin tetapi belum
punya anak dan saat sudah pisah ranjang dengan suaminya yang kerja di kota lain.
Gua sampai dirumahnya sekitar jam 19:00 dan langsung mengetuk pintu pagarnya
yang sudah terkunci. Tak lama kemudian Ina muncul dari dalam dan sudah tahu gua
bakalan datang malam itu.
"Ayo Yan, masuk. Langsung dari kantor ? Sory pintunya sudah digembok, soalnya
Ina tinggal sendiri jadi harus hati-hati" Sambutnya.
Ina malam itu sudah pakai daster tidur karena toh yang bakalan datang juga masih
terhitung adiknya, daster yang dia pakai punya potongan leher yang lebar dengan
model tangan 'you can see'.
Kami kemudian ngobrol dan nonton TV sambil duduk bersebelahan di sofa ruang
tengah. Selama ngobrol, Ina sering bolak-balik ngambil minuman dan snack buat
kita berdua. Setiap dia menyajikan makanan atau minuman di meja, secara nggak
sengaja gua dapat kesempatan melihat kedalam dasternya yang menampilkan kedua
toketnya secara utuh karena Ina tidak memakai BH lagi dibalik dasternya. Ina
memang lebih cantik dari bini gua, tubuhnya mungil dengan kulit yang putih dan
rambut yang panjang tergerai. Walaupun sudah kawin cukup lama tapi karena tidak
punya anak tubuhnya masih terlihat langsing dan ramping. Toketnya yang kelihatan
ama gua, walaupun tidak terlalu besar tetapi tetap padat dan membulat. Melihat
pemandangan begini terus menerus gua mulai nggak bisa berpikir jernih lagi dan
puncaknya tiba-tiba gua sergap dan tindih Ina di sofa sambil berusaha menciumi
bibirnya dan meremas-remas toketnya.
Ina kaget dan menjerit : "Yan, apa-apaan kamu ini !"
Dengan sekuat tenaga dia mencoba berontak; menampar, mencakar dan
menendang-nendang. Tapi perlawanan dia membuat berahi gua semakin tinggi apalagi
akibat gerakannya itu pakaiannya menjadi makin nggak karuan dan semakin
merangsang.
"Breeeettt............" daster bagian atas gua robek kebawah sehingga sekarang
kedua toketnya terpampang dengan jelas. Putingnya yang berwarna coklat tua
terlihat kontras dengan kulitnya yang putih bersih.
Ina terlihat shock dengan kekasaran gua, perlawanan dia melemah dan kedua
tangannya berusaha menutup dadanya yang terbuka.
"Yan ... inget, kamu itu adik saya ..." rintihnya memelas.
Gua nggak pedulikan rintihannya dan terus gua tarik daster yang sudah robek itu
kebawah sekaligus dengan celana dalamnya yang sudah gua nggak inget lagi
warnanya. Sekarang dengan jelas dapat gua lihat vaginanya yang ditumbuhi dengan
bulu-bulu hitam yang terawat baik.
Setelah berhasil menelanjangi Ina, gua lepaskan pegangan pada dia dan berdiri
disampingnya sambil mulai melepaskan baju gua satu persatu dengan tenang. Ina
mulai menangis sambil meringkuk diatas sofa sambil sebisa mungkin mencoba
menutupi badannya dengan kedua tangannya. Saat itu pikiran gua mulai jernih
kembali menyadari apa yang telah gua lakukan tapi pada titik itu, gua ngerasa
tidak bisa mundur lagi dan gua putusin untuk berlaku lebih halus.
Setelah gua sendiri telanjang, gua bopong tubuh mungil Ina ke kamarnya dan gua
letakkan dengan lembut diatas ranjang. Dengan halus gua
tepiskan tangannya yang masih menutupi toket dan vaginanya kemudian gua mulai
tindih badannya. Ina tidak melawan .....
Ina memalingkan muka dengan mata terpejam dan berurai air mata setiap kali gua
mencoba mencium bibirnya. Gagal mencium bibirnya, gua teruskan menciumi kuping,
leher dada dan berhenti untuk mengulum puting dan meremas-remas toket satunya
lagi.Ina tidak bereaksi ......
Gua lanjutkan petualangan bibir gua lebih kebawah, perut dan vaginanya sambil
merentangkan pahanya lebar-lebar terlebih dahulu. Gua mulai dengan menjilati dan
menghisap clit-nya yang cukup kecil karena sudah disunat (sama dengan bini
gua).Ina mulai bereaksi ....
Setiap gua hisap clit-nya Ina mulai mengangkat pantatnya mengikuti arah hisapan.
Kemudian dengan lidah gua coba membuka labia minoranya dan memainkan lidah gua
pada bagian dalam liang senggamanya.
Tangan Ina mulai meremas-remas kain sprei sambil menggigit bibir ... Ketika
vaginanya mulai basah gua masukkan jari menggantikan lidah yang kembali
berpindah ke puting toketnya. Mula-mula hanya satu jari kemudian disusul dua
jari yang bergerak keluar masuk liang senggamanya.
Ina mulai berdesah dan memalingkan mukanya kekiri dan kekanan ... Sekitar dua
atau tiga menit kemudian gua tarik tangan gua dari vaginanya. Merasakan ini, Ina
membuka matanya (yg selama ini selalu tertutup) dan menatap gua dengan pandangan
penuh harap seakan ingin diberi sesuatu yang sangat berharga tapi nggak berani
ngomong. Gua segera merubah posisi badan gua untuk segera menyetubuhinya.
Melihat posisi 'tempur' seperti itu, pandangan matanya berubah menjadi tenang
dan kembali menutup matanya. Gua arahkan penis gua ke bibir vaginanya yang sudah
berwarna merah matang dan sangat becek itu. Secara perlahan penis gua masukin ke
liang senggamanya dan Ina hanya mengigit bibirnya. Tiba-tiba tangan Ina bergerak
memegang sisa batang penis gua yang belum sempat masuk, sehingga penetrasi gua
tertahan.
"Yan, kita nggak boleh melakukan hal ini ..." Kata Ina setengah berbisik sambil
memandang gua.
Tapi waktu gua lihat matanya, sama sekali tidak ada penolakkan bahkan lebih
terlihat adanya berahi yang tertahan. Gua tahu dia berkata begitu untuk berusaha
memperoleh pembenaran atas perbuatan yang sekarang jadi sangat diinginkannya.
"Nggak apa-apa 'Na, kita kan bukan saudara kandung, jadi ini bukan incest" Jawab
gua "Nikmati saja dan lupakan yang lainnya"
Mendengar perkataan gua itu, Ina melepaskan pegangannya pada pensi gua yang
sekaligus gua tangkap sebagai instruksi untuk melanjutkan 'perkosaannya'.
Dalam 'posisi standard' itu gua mulai memompa Ina dengan gerakan perlahan,
setiap kali penis gua masukkan gua ambil sisi liang senggama yang berbeda sambil
mengamati reaksinya Ina. Dari eksperimen awal ini gua tahu bahwa bagian paling
sensitif dia ada di dinding dalam bagian atas yang kemudian menjadi titik
sasaran penis gua selanjutnya.
Strategi ini ternyata cukup efektif karena belum sampai dua menit Ina sudah
orgasme, tangan dia yang asalnya hanya meremas-remas sprei tiba-tiba berpindah
ke pantat gua. Ina dengan kedua tanggannya berusaha menekan pantat gua supaya
penis gua masuk semakin dalam, sedangkan dia sendiri mengankat dan menggoyangkan
pantatnya untuk membantu semakin membenamnya penis gua itu. Untuk sementara gua
biarkan dia mengambil alih.
"SSSShhhhhhhhh.......aaaahhhhh" rintihnya berulang-ulang setiap kali penis gua
terbenam.
Setelah Ina mulai reda, inisiatif gua ambil kembali dengan merubah posisi badan
gua untuk stype 'pumping flesh' untuk mulai memanaskan kembali birahinya yang
dilanjutkan dengan style 'stand hard' (kedua kaki Ina dirapatkan, kaki gua
terbuka dan dikaitkan kebetisnya). Style ini gua ambil karena cocok dengan cewek
yang bagian sensitifnya seperti Ina dimana vagina Ina tertarik keatas oleh
gerakan penis yang cenderung vertikal.
Ina mengalami dua kali orgasme dalam posisi ini.....
Ketika gerakan Ina semakin liar dan juga gua mulai merasa akan ejakulasi gua
rubah stylenya lagi menjadi 'frogwalk' (kedua kaki Ina tetap rapat dan gua
setengah berlutut/berjongkok). Dalam posisi ini setiap kali gua tusukan penis
gua otomatis vagina sampai pantat Ina akan terangkat sedikit dari permukaan
kasur menimbulkan sensasi yang luar biasa sampai pupil mata Ina hanya terlihat
setengahnya dan mulutnya mengeluarkan erangan bukan rintihan lagi.
"Na, saya sudah mau ke luar. Di mana keluarinnya ?" Kata gua sambil terus
memompa secara pelan tapi dalam.
"Ddddi dalam saja.... di dalam saja, aaahhhh ..... jangan pedulikan"
Ina mejawab ditengah erangan kenikmatannya.
Saya keluar sekarrrraaaaang ......." Teriak gua.
Gua tekan vaginanya keras-keras sampai terangkat sekitar 10 cm dari kasurnya dan
cairan kenikmatan tersemprot dengan kerasnya yang menyebabkan untuk sesaat gua
lupa akan dunia.
"Jangan di cabut dulu Yan ... " Bisik Ina.
Sambil mengatur napas lagi, gua rentangkan kembali kedua paha Ina dan gua pompa
penis gua pelan-pelan dengan menekan permukaan bawah vagina pada waktu ditarik.
Dengan cara ini sebagian sperma yang tadi disemprotkan bisa dikeluarkan lagi
sambil tetap dapat menikmati sisa-sisa birahi. Ina menjawabnya dengan
hisapan-hisapan kecil pada penis gua dari vaginanya
"Yan, kenapa kamu lakukan ini ke Ina ?" Tanyanya sambil memeluk pinggang gua.
"Kamu sendiri rasanya gimana?" Gua balik bertanya
"Mulanya kaget dan takut, tapi setelah kamu berubah memperlakukan Ina dengan
lembut tiba-tiba berahi Ina terpancing dan akhirnya turut menikmati apa yang
belum pernah Ina rasakan selama ini termasuk dari suami Ina" Jawabnya